The New Normal

BERUBAH ATAU KALAH

Kehidupan kadangkala memberi pilihan yangtidak nyaman. Bencana, wabah, kerusakan alam dan gejolak sosial dunia seperti perang dan perubahan arah politik menjadi pemicu dari berubahnya hal yang nyaman menyenangkan menjadi sebaliknya.

Pandemi Covid-19 yang datang tiba-tiba terpaksa membuat kita harus mengubah banyak kebiasaan lama. Kebiasaan yang telah membuat kita nyaman. Kalau milenial mengibaratkannya
dengan istilah: diputus pacar pas lagi sayang-sayangnya. Kita bayangkan banyak usaha yang baru dimulai, tengah tinggal landas atau mulai masuk dalam fase menangguk untung, tiba-tiba terhempas. Kembali ke titik nol karena bisnisnya sangat tergantung pada kerumunan orang dan
interaksi sosial yang intens.

Profesi yang tadinya menjanjikan secara finasial, usaha yang dianggap cepat balik modal dan bahkan bisnis konglomerasi yang membagi risiko di banyak sektor usaha, terpukul hebat selama pandemi.

Doktrin bisnis apapun, bahkan keyakinan dan ideologi, kelihatan tak berdaya berhadapan dengan wabah yang mendunia. Bisnis lesu, tempat ibadah kosong dan tiap negaradengan konsep politik yang dianutnya berkutat dengankebijakan trial & error karena berhadapan dengan force majeur terbesar abad ini.

Pelajaran berharga apa yang bisa dipetik dari situasi ini? Tak lain dan tak bukan adalah ajakan dari alam semesta untuk beranjak dari zona nyaman secara bersama-sama. Manusia dipanggil untuk mendayagunakan kemampuannya yang hakiki: beradaptasi. Dengan akal budi yang dimiliki, kita diajak untuk memodifikasi semua hal agar mampu bertahan hidup.

Mengenakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak dan memelihara kesehatan tubuh hanyalah reaksi fisik yang bisa berubah sewaktu-waktu. Yang pokok dan menetap adalah pola pikir, mindset. Sebagai mahluk yang dikaruniai pikiran, kondisi sesulit apapun harus dikalahkan. Karenanya,  kemampuan adaptif, dan seberapa besar adaptasi yang berhasil dilakukan, tergantung dari mindset kita.

Orang bilang: Life will find the way. Sesulit apapun, bila kita memperjuangkan hidup, pasti ada jalan. Di gurun dan di kutub, di hutan belantara, puncak gunung dan daratan kecil dikelilingi laut, manusia mampu hidup.

Pola pikir yang berlaku sekarang adalah “change”. Bukan lagi saatnya menyalahkan keadaan. Sejarah telah memberi kepada kita pelajaran yang berharga: berubah atau punah. Jadilah pemenang dan dengan kemampuan beradaptasi kita, dan mengalahkan apapun yang bisa membuat kita kalah.

Bagikan artikel ini: